BELAJAR DARI IBRAHIM: KEBERANIAN DAN KEBIJAKSANAAN

Ini adalah bagian keempat (terakhir) dari empat seri tentang keteladanan Nabi Ibrahim as., yang kali ini mengangkat keberanian dan kebijaksanaannya menghadapi tekanan emosional, sosial, dan kekuasaan.

Pada bagian ini, kita akan mengupas keteladanan Ibrahim as dalam hal keberanian dan kebijaksanaan. Mari kita telusuri beberapa ayat dan kisah yang terkait dengan ini.

Berani dan bijak menghadapi tekanan emosional (QS Maryam 41-47)

Nabi Ibrahim berani menentang kepercayaan dan tradisi masyarakatnya yang menyembah berhala, termasuk menghadapi ayahnya sendiri yang merupakan pembuat berhala.

Argumen yang rasional dan cara yang lembut

Menghadapi manipulasi psikologis

Merespon dengan kematangan emosional

Berani dan bijak menghadapi tekanan sosial (QS Al-Anbiya: 52-65)

Salah satu puncak keberanian Nabi Ibrahim as adalah ketika beliau menentang penyembahan berhala-berhala yang dilakukan oleh kaumnya. Tidak mudah menjadi berbeda, mempertahankan kebenaran seorang diri di tengah masyarakat yang salah.

Mempertahankan kebenaran meski sendirian

Melakukan demonstrasi

Disidang oleh publik

Menjawab dengan argumen yang kuat

Berani dan bijak menghadapi tekanan kekuasaan (QS Al-Anbiya: 66-69)

Dipersekusi penguasa zalim

Mengatakan kebenaran di hadapan penguasa zalim

Keteladanan Nabi Ibrahim as. dalam menghadapi berbagai bentuk tekanan—dari keluarga, masyarakat, hingga penguasa—menunjukkan bahwa keberanian sejati berpadu dengan kebijaksanaan hati dan kejernihan akal. Ia tidak hanya berani berkata benar, tetapi juga tahu bagaimana menyampaikannya dengan cara yang menyentuh dan bijak. Dalam setiap ujian, Ibrahim as. menampilkan teladan yang relevan sepanjang zaman: bahwa mempertahankan kebenaran membutuhkan keteguhan, kesabaran, dan kasih sayang. Semoga kisah ini menginspirasi kita untuk tetap teguh di jalan yang benar, meski harus berjalan sendiri.

Mari kita dalami satu per satu melalui artikel selengkapnya di Jurnal Quran!

Baca di https://qbest.id/app6895f6a909121