APA YANG KAU DAHULUKAN, DAN APA YANG KAU TUNDA?

APA YANG KAU DAHULUKAN, DAN APA YANG KAU TUNDA?
Bayangkan langit yang setiap hari kita pandang tiba-tiba terbelah. Bintang-bintang yang biasanya indah di malam hari berjatuhan, berhamburan, kehilangan tempatnya. Laut yang tampak tenang mendadak meluap seakan tak lagi punya batas. Dan bumi, tempat kita berpijak, seolah dibalik—kuburan-kuburan terbuka dan isinya muncul ke permukaan.
“Apabila langit terbelah,”
“dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,”
“dan apabila lautan menjadikan meluap,”
“dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,”
(QS. Al-Infithar: 1-4)
Itulah gambaran kiamat sebagaimana Allah sebutkan dalam surah Al-Infithar. Semua terjadi dengan urutan: langit, bintang, laut, lalu tanah. Bukan acak, melainkan rapi. Dan dari urutan itu, kita belajar satu hal: setiap peristiwa besar selalu melalui tahapan. Ada proses. Ada prioritas.
Tertipu oleh Kenyamanan?
Di titik ini, Al-Qur’an mengajak kita merenung: bagaimana dengan hidup kita? Apa yang kita dahulukan? Apa yang kita tunda-tunda? Amal baik yang kita kerjakan sekarang adalah bekal yang “dikirimkan” ke akhirat. Sementara amal yang kita abaikan, bisa jadi karena dianggap remeh, justru bisa jadi penentu di hadapan Allah.
Sayangnya, sering kali kita terlena. Kita tertipu oleh kenyamanan. Nikmat yang terus mengalir—sehat, rezeki, kesempatan—membuat kita merasa aman. Padahal itu bukan tanda ridha, melainkan peringatan lembut. Allah masih memberi waktu untuk berubah. Masih memberi ruang untuk kembali.
Dan jangan lupa, setiap detik, amal kita sedang dicatat. Malaikat yang mulia mengawasi tanpa keliru. Tak ada yang luput, tak ada yang terhapus. Pada akhirnya, semua catatan itu akan dibuka di Hari Pembalasan—hari ketika tak ada seorang pun bisa menolong orang lain.
Pertanyaannya, apa isi “CV akhirat” kita nanti? Apakah penuh dengan amal yang kita dahulukan, atau justru kosong karena terlalu banyak yang kita tunda?