"Lomba Sains Antar SD Se-Kota Bima."

Suatu sore di Kota Bima, di sebuah kampung kecil bernama Sambinae, ada seorang anak laki-laki bernama Raihan. Raihan adalah murid kelas 5 di SDN 60 Sambinae. Setiap hari sepulang sekolah, ia selalu melihat sebuah spanduk besar di dekat lapangan sekolah. Spanduk itu bertuliskan, "Lomba Sains Antar SD Se-Kota Bima."
Raihan sangat menyukai pelajaran sains. Ia sering menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah, membaca buku-buku tentang bintang, planet, dan berbagai eksperimen sederhana. Namun, Raihan merasa kurang percaya diri. Ia selalu berpikir, "Aku anak kampung, mana mungkin bisa mengalahkan anak-anak dari sekolah lain yang lebih maju?"
Suatu hari, guru kelasnya, Pak Tono, melihat Raihan termenung di depan spanduk itu. Pak Tono menghampirinya. "Raihan, kenapa kamu terlihat murung?" tanyanya.
"Pak, saya ingin ikut lomba itu, tapi saya takut," jawab Raihan lirih.
Pak Tono tersenyum hangat. "Takut kenapa, Nak?"
"Saya takut kalah, Pak. Saya merasa tidak pintar," kata Raihan sambil menunduk.
Pak Tono meletakkan tangannya di pundak Raihan. "Raihan, keberanian bukanlah tidak memiliki rasa takut. Keberanian adalah menghadapi rasa takut itu. Kamu tidak perlu menjadi yang paling pintar untuk memulai. Yang kamu butuhkan hanyalah keinginan untuk belajar dan bekerja keras."
Kata-kata Pak Tono membuat hati Raihan bergetar. Ia mulai berpikir, "Benar juga, kenapa aku harus takut sebelum mencoba?"
Raihan memutuskan untuk mendaftar lomba. Ia mulai belajar dengan lebih giat. Setiap hari, ia menghabiskan waktu lebih lama di perpustakaan. Ia juga meminta bantuan Pak Tono untuk menjelaskan materi-materi yang sulit. Pak Tono dengan sabar membimbingnya.
Di rumah, Raihan sering mencoba membuat eksperimen sederhana. Ia menggunakan botol bekas, cuka, dan soda kue untuk membuat "gunung berapi mini." Walaupun kadang gagal, ia tidak menyerah. Ayah dan ibunya selalu mendukung, meskipun mereka tidak mengerti apa yang dilakukan Raihan. "Yang penting kamu senang dan belajar, Nak," kata ibu Raihan.
Hari perlombaan tiba. Raihan datang ke gedung pertemuan dengan seragam sekolahnya yang rapi, membawa semua perlengkapan yang ia butuhkan. Ada banyak peserta dari berbagai sekolah lain yang terlihat jauh lebih siap dan percaya diri. Raihan sempat merasa minder lagi, tetapi ia teringat pesan Pak Tono. Ia menarik napas dalam-dalam dan berkata pada dirinya sendiri, "Aku di sini untuk belajar dan mencoba yang terbaik."
Soal-soal yang diberikan ternyata sangat menantang. Raihan fokus dan mengerahkan semua yang ia tahu. Ia tidak peduli dengan peserta lain di sekitarnya. Yang ada di pikirannya hanya satu: menjawab setiap soal dengan sebaik-baiknya.
Saat pengumuman pemenang, jantung Raihan berdebar kencang. Nama-nama pemenang mulai dibacakan dari juara harapan. Raihan tidak masuk dalam daftar itu. Ia mulai merasa sedih, tetapi ia mencoba tersenyum. "Tidak apa-apa, setidaknya aku sudah berani mencoba," bisiknya dalam hati.
Namun, saat pembacaan juara 2, nama Raihan justru disebut! "Juara 2 Lomba Sains Antar SD Se-Kota Bima, Raihan dari SDN 60 Sambinae!"
Raihan kaget, tidak percaya. Pak Tono yang duduk di sebelahnya langsung memeluknya. "Selamat, Raihan! Kamu berhasil!"
Raihan naik ke panggung dengan gemetar. Ia menerima piala dan piagam penghargaan. Di hadapan semua orang, ia melihat ke arah penonton dan menangkap senyum bangga dari Pak Tono. Ia juga membayangkan wajah Ayah dan Ibunya yang pasti akan sangat gembira.
Sejak saat itu, Raihan menjadi anak yang lebih percaya diri. Ia belajar bahwa kemenangan bukanlah segalanya. Kemenangan yang paling penting adalah saat kita berhasil mengalahkan rasa takut dan keraguan di dalam diri kita. Kisah Raihan menjadi inspirasi bagi teman-teman di SDN 60 Sambinae. Mereka belajar bahwa di mana pun kita berasal, kita bisa meraih mimpi jika kita berani mencoba dan tidak pernah menyerah.