BELAJAR DARI IBRAHIM: MENGGUNAKAN LOGIKA DAN PERTANYAAN KRITIS

BELAJAR DARI IBRAHIM: MENGGUNAKAN LOGIKA DAN PERTANYAAN KRITIS
Ini adalah bagian pertama dari empat seri yang membahas keteladanan Nabi Ibrahim as. melalui lima kisah yang menunjukkan bagaimana beliau menggunakan logika dan pertanyaan kritis dalam berdakwah.
Dalam QS An-Nahl ayat 120, ????? ???????????? ????? ???????., Allah menyebut Ibrahim sebagai “ummatan” karena kesempurnaan akhlaknya yang menjadikannya setara dengan satu umat. Ia juga menjadi teladan utama dalam agama, bahkan disebut sebagai sebab keberadaan umat yang bertauhid.
Mari kita telusuri beberapa ayat dan kisah yang menggambarkan metode berpikir beliau yang luar biasa.
1) QS Maryam: 42 — Dialog dengan ayahnya
"Wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?" (QS Maryam: 42)
Ibrahim menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bernas untuk membuat orang yang ditanya berpikir dan merenung secara mendalam.
2) QS Al-An’am: 74 — Dialektika dengan Azar
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya (dalam tafsir disebutkan paman) Azar, 'Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sungguh, aku melihatmu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.'" (QS Al-An’am: 74)
Lagi-lagi Ibrahim menggunakan pertanyaan dan diskusi bertukar pikiran untuk membuat lawan bicaranya berpikir dan merenung. Perhatikanlah bagaimana Ibrahim bertanya "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?", yang mempertanyakan logika konsep ketuhanan kaumnya.
3) QS Al-An’am: 76–79 — Mengajarkan kaum penyembah benda langit
Ia menyebut bintang, lalu bulan, lalu matahari dengan ucapan, “Ini Tuhanku,” tetapi kemudian menolaknya satu per satu karena semuanya terbenam (afala). Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata, "Saya tidak suka kepada yang tenggelam" (QS Al-An'am: 76)
4) QS Al-Anbiya: 52 — Patung yang besar itulah yang melakukannya
“Maka Ibr?h?m membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” (QS Al-Anbiya: 58)
Dari berbagai kisah dan ayat yang telah dikaji, tampak jelas bahwa Nabi Ibrahim as. adalah sosok yang luar biasa dalam menggunakan logika, nalar kritis, dan pendekatan dialogis dalam menyampaikan kebenaran. Ia menunjukkan kebenaran lewat argumen rasional, yang disertai dengan kelembutan, kasih sayang, dan keberanian.
Simak artikel selengkapnya di Jurnal Quran
Baca di https://qbest.id/app68a50ef18f798